Monday, September 28, 2009

The First Generation of AHLUL BAIT


Diikhtisar dari buku : "ANAK CUCU NABI" karya Syeh Abdul Mun’im Al-Hasyimi


PUTRA PUTRI NABI


Al-Qosim
Anak tertua Nabi dengan Siti Khadijah, sebagian riwayat menyatakan hidup sampai pada usia 2 tahun.

Zainab
Putri tertua Nabi dengan Siti Khadijah. Suaminya adalah Abu Al-Ash bin Ar-Rabi’ seorang niagawan yang sukses. Ketika masa berhijrah, Zainab tidak ikut karena mengikuti suaminya di Mekah yang belum masuk islam. Saat terjadi perang Badar Abu Al-Ash bin Ar-Rabi menjadi tawanan kaum muslimin dan ditebus oleh Zainab dengan kalung pemberian Siti Khodijah dan dengan syarat Zainab harus dikirim ke Madinah. Sehingga antara Zainab dan Abu Al-Ash terpisah sampai masa Fathu Mekah, dimana Abu Al-Ash ahirnya masuk islam dan ikut pindah ke Madinah. Zaenab melahirkan seorang putra bernama Ali bin Abu Al-Ash dan seorang putri bernama Umamah binti Abu Al-Ash bin Ar-Rabi’, yang kemudian dinikahi Ali bin Abi Thalib setelah Siti Fatimah meninggal dunia. Zainab meninggal pada tahun 8 H dan dimakamkan di Baqi’.

Ruqoyyah

Ketika masa Jahiliyah, Abdul Uzza (Abu Lahab) dan istrinya Ummu Jamil bersama dengan Abu Thalib datang kepada Nabi dengan tujuan meminang Ruqoyyah untuk Uthbah dan Ummu Kultsum untuk Utaibah. Tapi ketika masa keislaman berkembang, Abu Lahab dan Istrinya menjadi musuh Rasul (QS. Al-Lahab 1-5) yang diikuti anaknya Uthbah dan Uthaibah lalu menyuruh mereka untuk menceraikan putri-putri Nabi tersebut. Setelah bercerai dengan Uthbah kemudian Ruqoyyah menikah dengan Utsman bin Affan dan melakukan Hijrah ke Habsyi dan melahirkan anak disana bernama Abdullah yang berusia sampai 6 tahun. Setelah beberapa lama di Habsyi, Ruqoyyah kembali ke Mekkah dan kemudian ikut hijrah ke Madinah. Ketika berlangsung perang Badar tahun 2H, Ruqoyyah terserang penyakit campak sehingga Ustman bin Affan tidak ikut perang badar atas perintah Rasul untuk menjaga istrinya. Penyakit ini lama-kelamaan semakin parah sehingga Ruqoyyah meninggal dunia dan dimakamkan di Baqi’ tanpa dihadiri Rasul yang masih ikut berperang.

Ummu Kultsum
Setelah bercerai dengan Uthaibah bin Abu Jahal, Ummu Kultsum kembali ke lingkungan keluarga Nabi. Ummu Kultsum mengikuti fase-fase cahaya kenabian mulai dari masa dakwah rahasia, dakwah terang-terangan, masa embargo Bani Hasyim sampai masa Hijrah ke Madinah. Ketika di Madinah Ummu Kultsum ikut merasakan kegembiraan ketika umat islam menang dalam perang Badar, namun kegembiraan itu berubah seiring dengan meninggalnya Ruqoyyah. Untuk mengobati kesediahan tersebut Utsman bin Affan dinikahkan dengan Ummu Kultsum dan mendapat gelar Dzun Nurain (yang memiliki dua cahaya) karena telah menikahi dua putri Nabi. Selama pernikahan, Ummu Kultsum dengan setia mendampingi suaminya dalam perjuangan bersama Rasul dari perang Uhud sampai perang Tabuk tahun 9 H dimana suaminya menyumbang 400 unta pada perang tersebut. Ketika masa persiapan menghadapi perang Tabuk, Ummu Kultsum terserang penyakit kemudian meninggal dan dimakamkan di Baqi’.

Fatimah Az-Zahrah
Kelahiran Fatimah bersamaan dengan peristiwa peletakan kembali Hajar Aswad oleh Nabi setelah Ka’bah direnovasi yaitu pada hari Jum’at, 20 Jumadil Akhir lima tahun sebelum kenabian. Fatimah paling mirip wajahnya dengan Nabi dan mendapat beberapa julukan yaitu : Az-Zahrah karena kulitnya yang putih, Al-Batum karena serupa dengan Maryam dalam kemuliaan disisi Allah, Ummu Abiha karena putri bungsu dan yang juga merawat Rasul sampai meninggal. Fatimah hijrah ke Madinah bersama dengan Ummu kultsum setelah dijemput oleh Zaid bin Haritsah atas perintah Nabi yang telah hijrah lebi dulu. Di usia 18 tahun Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib pada bulan Rajab tahun 2 H setelah perang badar. Ali dan Fatimah tinggal dirumah sederhana yang hanya ada selimut, bantal serabut, penumbuk tepung, wadah air dan minyak wangi. Rumah Tangga Fatimah dan Ali pernah bergejolak ketika Ali berniat memadu Fatimah dengan putri Amr bin Hisyam bin Al-Mughiroh Al-Makhzumi (Abu Jahal) yang membuat Fatimah dan Nabi marah yang akhirnya dibatalkan oleh Ali seiring dengan mengandungnya Fatimah saat itu. Akhirnya tahun ke-3 H Fatimah melahirkan Hasan kemudian disusul Husein pada tahun ke-4 H, Zaenab pada tahun ke-5 H dan Ummu Kultsum pada tahun 7 H. Pada bulan Shafar tahun 11 H Nabi merasakan sakit dan akhirnya wafat yang membuat Fatimah sedih. Dalam larut kesedihan Fatimah terserang penyakit yang lama- kelamaan semakin parah. Pada hari senin 2 Ramadhan tahun 11 H Fatimah memeluk dan memandangi keluarganya untuk terakhir kali, kemudian mandi dan memakai baju baru kemudian merebahkan diri menghadap kiblat dan meninggal dengan tenang. Sebelum meninggal Fatimah berwasiat kepada Ali 3 hal, yaitu : agar Ali menikah dengan Umamah binti Abu Al-Ash bin Ar-Rabi’, agar Ali membuat keranda khas Habsyi (keranda pelepah kurma diatas ranjang dan ditutupi pakaian) sebagaimana cerita Asma binti Umais dan agar Fatimah dimakamkan di malam hari.

Ibrahim
Ibunya Maria Al-Qibtiyah binti Syam’un, salah satu dayang dari Juraij bin Minaa (pembesar Coptic Mesir sebelum Heraklius) di istana Al-Muqawqis yang dihadiahkan kepada Nabi. Setelah masuk islam dan menjadi istri Nabi, Maria ditempatkan di rumah Al-Harist bin Nu’man, namun dikarenakan kecemburuan para istri beliau Maria dipindahkan ke Al-‘Aliyah. Nabi sangat bahagia dengan kelahiran Ibrahim yang merupakan penyejuk dan penghibur setelah seluruh putra-putri beliau dari Siti Khodijah meninggal dunia kecuali Siti Fatimah. Tapi Rasulullah dan Maria tidak dapat menikmati masa indah bersama putranya dalam waktu lama dikarenakan Ibrahim sering terserang penyakit dan akhirnya meninggal dan dimakamkan di Baqi’. Bersamaan dengan meninggalnya Ibrahim terjadi gerhana matahari di Madinah dan menjadi sebab diperintahkannya sholat Kusuf dan Kusyuf salah satu sholat sunnah yang boleh dikerjakan di waktu terlarang.

CUCU CUCU NABI


Umamah binti Abi Al-Ash bin Ar-Rabi

Cucu pertama Nabi dari Zainab binti Muhammad SAW, oleh karena itu mendapatkan perhatian penuh dari kakek dan neneknya, dan pernah diriwayatkan bahwa Nabi pernah membawa Umamah dalam keadaan sholat. Setelah perkembangan Islam masa keceriaan tersebut berubah menjadi masa yang sulit, dimana Ayah dan Ibunya harus terpisah karena perbedaan agama, pada tahun 8 H ibunya meninggal setelah ayahnya masuk islam, kemudian tahun 12 H giliran Ayahnya yang meninggal dunia. Setelah Fatimah meninggal, Umamah menikah dengan Ali bin Abi Thalib dan menemaninya dengan setia termasuk selama menjadi khalifah selama 25 tahun di Kufah. Setelah meninggalnya Ali bin Abi Thalib dalam peristiwa penghianatan Khawarij, Umamah menikah dengan Al-Mughiroh bin Naufal atas wasiat Ali bin Abi Thalib. Al-Mughiroh bin Naufal adalah pembekuk Abdurrahman bin Muljam (pembunuh Ali bin Abi Thalib). Selama hidupnya Umamah tidak mempunyai mempunyai anak hingga meninggal pada masa pemerintahan Muawiyah

Abdullah bin Utsman bin Affan

Anak dari Ruqoyyah binti Muhammad SAW yang lahir di Habsyi ketika masa hijrah disana. Ketika umur Abdullah menginjak enam tahun, seekor jago mematuk matanya, sehingga menyebabkan pembengkakan di wajahnya dan berakhir dengan kematian.

Hasan bin Ali bin Abi Thalib

Lahir pada bulan Ramadhan tahun 3 H diberi nama Hasan berdasar wahyu dari Jibril bahwa nama tersebut belum dikenal padamasa Jahiliyyah. Hasan adalah orang yang memiliki kemiripan dengan Nabi mulai dada hingga kepala dan mewarisi kewibawaan dan keagungan Nabi. Gelar Hasan yang paling terkenal adalah Sayyaid (Pemimpin) dimana dalam hadist Nabi disebutkan akan mendamaikan dua kelompok besar dalam islam. Tatkala Ali bin Abi Thalib terbunuh Hasan dibaiat di Kufah dan Muawiyah memproklamirkan diri sebagai Khalifah di Syam. Hampir tejadi pertempuran besar antara kedua belah pihak bahkan Hasan sendiri hampir terbunuh dalam sebuah peristiwa di Mada’in. Perselisihan ini akhirnya diredam oleh Hasan dengan diserahkannya Kekhalifahan kepada Muawiyah dengan beberapa syarat tertentu. Total istri Hasan berjumlah 90 orang dengan minimal istri yang tidak dicerikan ada 4 perempuan merdeka. Istri-istrinya yang terkenal adalah : Khaulah binti Mandzur, Aisyah Al-Khats’amiyah, Ja’dah binti Al-Asy’ats yang dituduh menaruh racun untuk Hasan atas hasutan Yazid bin Muawiyah yang berakibat meninggalnya Hasan. Sedangkan anak-anak Hasan diantarannya: Al-Hasan, Zaid, Thalhah, AL-Qosim, Abu bakar, Abdullah,Abdurrahman, Al-Husain, Ya’qub yang sebaian ikut terbunuh dalam peristiwa Karbala. Sebelum Hasan meninggal berwasiat agar dimakamkan di rumah Aisyah tapi hal ini dilarang oleh Bani Umayyah yang sedang berkuasa waktu itu dengan alasan waktu itu Bani Hasyim melarang Ustman bin Affan dimakamkan disana, hampir terjadi perang pada perselisihan ini, tapi berhasil diredam oleh Abu Hurairah dan akhirnya Hasan dimakamkan di Baqi’ pada tahun 49H.

Husain bin Ali bin Abi Thalib

Lahir pada bulan Sya’ban tahun 5 Husain adalah orang yang memiliki kemiripan dengan Nabi mulai dada hingga kaki dan mewarisi keberanian dan kemurahan Nabi. Istri dan anak Husain diantaranya:
Ar-Rabab putri Imru’ul Qois bin Adi yang ikut menjadi saksi tragedy Karbala dan mempunyai anak Sukainah yang mendapat julukan gadis tercantik pada masanya
Sulafah atau Ghazalah (Syah Zinan) putri Yazdajrad Raja terakhir Persia yang kalah perang dengan kaum Muslimin dan mempunyai anak Ali bin Al-Husain yang bergelar Zainal Abidin yang akhirnya menurunkan para Auliya’
Laila binti Abu Marwah mempunyai anak Ali Al-Akbar
Ummu Ja’far Al-Qadha’iah mempunyai anak Ja’far
Ummu Ishaq binti Thalhah bin Abdullah yang sebelunya menjadi istri Hasan bin Ali dan mempunyai anak Fatimah
Aisyah binti Khalifah mempunyai anak Muhammad
Atikah binti Zaid bin Amr
Hafshah binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq
Seorang budak yang dimerdekakan
Ketika Muawiyah meninggal pada tahun 60 H, Yazid memproklamirkan diri menjadi Khalifah selanjutnya. Tapi hal ini di tentang olah penduduk Mekkah dan Kufah dan berharap agar Husain yang menjadi Khalifah. Akhirnya Husaein menuju ke Irak untuk memenuhi bai’at penduduk Kufah tanpa mendengarkan nasehat dari sahabat – sahabat beliau agar tidak pergi ke Kufah. Setelah sampai di Irak terjadilah tragedi Karbala pada tanggal 10 Muharam dimana Husein dan sebagian besar keluarganya terbunuh disana atas konspirasi dari Ubaidillah bin Ziyad.

Zainab bin Ali bin Abi Thalib

Lahir pada tahun 5 H, mendapat julukan Al-Aqilah (yang terhormat) dikarenakan mengalami berbagai peristiwa tragis yang akhirnya membentuk pribadi Zainab menjadi pribadi yang bersahaja. Setidaknya sampai usia 10 tahun Zainab telah menjadi saksi dari peristiwa meninggalnya Khadijah, Nabi Muhammad SAW dan Fatimah. Kemudian disusul dengan peristiwa terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, Perang Jamal, Perang Shiffin, terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, ‘Am Al-Jama’ah, Penghianatan masyarakat Kufah, meninggalnya Hasan bin Ali bin Abi Thalib karena di racun dan tragedi Karbala dimana sebagian besar keluarganya terbunuh termasuk Husein in Ali bin Abi Thalib. Setelah peristiwa Karbala Zainab dan anggota perempuan lainnya diarak menuju Kufah untuk dihadapkan kepada Yazid bin Muawwiyah dan kemudian dikembalikan ke madinah. Selama di Madinah Zainab bersikap kritis terhadap pemerintahan Bani Umayyah dan membuat keselamatannya terancam. Karena itu berdasar nasehat dari Bani Hasyim akhirnya Zainab memutuskan untuk pindah ke Mesir dan meninggal disana pada tahun 62 H. Zainab menikah dengan Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib dan melahirkan beberapa anak diantaranya : Ali, Aun, Abbas, Muhammad dan Umu Kultsum






No comments:

Post a Comment