Thursday, July 9, 2009

Lahirnya Garuda Pancasila, Sepenggal Sejarah Yang Terabaikan


Siapakah yang merancang GARUDA PANCASILA? pasti sebagian besar diantara kita tidak tahu jawabannya. Kenapa? Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah sebagaimana diajarkan jika Pancasila dicetuskan oleh Bung Karno, Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh W.R Supratman dan Ibu Fatmawati sebagai penjahit bendera merah putih.

Mengapa Burung Garuda ?
Garuda adalah adaptasi dari Garida yang dalam mitologi Hindu India berbentuk manusia berwarna emas, berwajah putih, berparuh dan bersayap merah. Diperkirakan sosok ini adalah adaptasi Hindu terhadap Dewa Ra/Bennu dalam mitologi Mesir kuno. Garuda juga banyak kesamaan dengan mitologi Pha Krut (Thailand), Rukh (Arab), Simurgh (Persia), Thunderbird (Indian), Vurumahery (Madagaskar) dan Phoenix (Yunani Kuno).
Di Indonesia mitologi Garuda sudah ada sejak abad ke-6 dengan digunakannya Garuda sebagai lambang pada Kerajaan Mataram Kuno (Garudamukha), Kerajaan Kedah (Garudagaragasi), Kerajaan Sumatera dan Kerajaan Sintang Kalimantan. Dalam Kesusastraan (pewayangan) Garuda yang disebut Garudeya dikenal sebagai kendaraan Bathara Kresna / Dewa Wisnu sebagai dewa pencipta dan pemelihara. Selain itu di beberapa candi juga terdapat artefak bermotif Garuda seperti pada candi Prambanan, candi Belahan, Candi Kidal, Candi Kedaton dan Candi Sukuh.
Pada awalnya lambang negara kita terinspirasi oleh Garuda dalam mitologi, simbologi dan kesusastraan Indonesia (manusia burung), tapi dalam rapat Panitia Lencana Negara, Masyumi keberatan dengan konsep mitologi, sehingga direvisi dan menampakkan ciri fisik elang jawa yang dianggap burung khas Indonesia. Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi)* dipilih menjadi burung nasional karena kemiripannya dengan Garuda dan merupakan burung terbesar dan terkuat yang melambangkan cita-cita bangsa Indonesia, selain itu elang jawa / elang rajawali sering terbang tinggi sendirian yang melukiskan Bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya dengan kekuatan sendiri tanpa menggantungkan kepada negara lain. Burung Elang (Eagle) juga digunakan sebagai lambang di berbagai negara khususnya daerah Jazirah Arab, Afrika Utara, Eropa Timur dan Amerika Utara dengan mengalamai deformasi dan penambahan atribut dengan aspek histori, visi dan misi untuk mewujudkan karakter negara masing-masing. Selain alasan historisasi, dipilihnya burung jenis elang sebagai lambang negara kita juga karena kegagahan bentuknya yang sudah diketahui secara umum dan telah digunakan sebagai lambang di beberapa negara besar di dunia.

Sepenggal Sejarah Yang Terabaikan
Secara kronologis proses terciptanya Garuda Pancasila sebagai lambang negara dapat diuraikan sebagai berikut :
Tanggal 13 Juli 1945, Panda Harahap salah satu anggota Panitia Perancang UUD mengusulkan selain bendera ditentukan juga lambang negara dan disetujui. Setelah Proklamasi dibentuk Panitia Indonesia Raya yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara dan M. Yamin sebagai sekretaris. Panitia ini bertugas menyelidiki historisasi, mitologi, simbologi, arkeologi dan kesusatraan yang berkaitan dengan bendera merah putih dan garuda sebagai sebuah lambang. Kemudian dilakukan sayembara untuk membuat rancangan lambang negara kepada berbagai organisasi seni lukis, tapi hasilnya tidak satupun rancangan hasil sayembara tersebut seperti lambang yang sekarang**. Karena berbagai gejolak politik tugas dari panitia ini tertunda, bahkan M. Yamin ditahan karena terlibat peristiwa makar 3 Juli 1946.
Semasa Republik Indonesia Serikat tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Lencana Negara dibawah koordinator Sultan Hamid II Menteri Negara Zonder Porto Folio yang bertugas merencanakan, merancang dan merumuskan lambang negara. Panitia ini diketuai oleh M.Yamin yang beranggotakan Ki Hajar Dewantara, M A Pellaupessy, M. Natsir dan RM Ng Poerbatjaraka. Setelah dilaksanakan sayembara terpilih beberapa rancangan dan yang diterima adalah rancangan Sultan Hamid II. Setelah terpilih terjadi beberapa penyempurnaan diantaranya penggantian pita merah putih yang dicengkeram menjadi pita putih yang bertuliskan Bhineka Tunggal Ika*** dan simbol sila Pancasila pada perisai atas usul M. Yamin, perubahan Garuda mitologi (burung garuda dengan tangan yang memegang perisai) ke bentuk Garuda Rajawali (burung rajawali berkalung perisai) atas saran M. Natsir, dan ditambahkannya perisai Pancasila, 17 bulu sayap, 8 bulu ekor, 45 bulu dada, perubahan kepala burung garuda yang gundul menjadi berjambul dan bentuk cakar kaki yang menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan atas saran Soekarno. Selama pembentukan lambang negara tersebut Presiden Soekarno menyarankan kepada Sultan Hamid II agar berkonsultasi kepada D. Ruhl Jr seorang pelukis berkebangsaan Perancis yang berfaham semiotik agar lambang negara menjadi lebih proporsional. Tanggal 20 Maret 1950 bentuk akhir lambang negara sekaligus skala ukuran dan tata warna diserahkan ke Presiden Soekarno. Ditengah menyelesaikan tugasnya tersebut Sultan Hamid II ditangkap karena terlibat pemberontakan APRA 23 Januari 1950 bersama Westerling. Kemudian Soekarno melakukan disposisi dan memerintahkan Dullah pelukis istana untuk melukis kembali sesuai bentuk akhir rancangan Sultan Hamid II dan akhirnya tanggal 17 Agustus 1951 Lambang Negara dimasyarakatkan pemakaiannya ke seluruh NKRI.

Dari uraian diatas diketahui bahwa Garuda Pancasila lahir dari sebuah perjalanan panjang oleh sebuah teamwork yang selama ini seakan terabaikan. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya management sejarah kita. Seharusnya setiap individu pelaku sejarah siapapun orangnya harus mendapat prediket selayaknya tanpa disembunyikan. Memang M. Yamin terlibat peristiwa 3 Juli 1946, Sultan Hamid II dalang peristiwa APRA dan Basuki Resobowo adalah pengurus LEKRA PKI tapi tidak seharusnya mereka yang berjasa tersebut harus ditenggelamkan sejarah demi sekedar untuk menjaga stabilitas atau nama baik bahkan kepentingan dari suatu kelompok pada periode tertentu. Sudah saatnya kita tidak menilai sebuah subject per episode tapi secara global, kita harus belajar kepada sejarah secara total walaupun menyakitkan agar kita bisa mengambil hikmah didalamnya. Sudah waktunya generasi penerus kita tahu proses lahirnya Garuda Pancasila yang merupakan lambang negara sekaligus pengejahwantahan kepribadian bangsa, walaupun sekarang kesaktiannya dipertanyakan karena makin sedikit yang menghayati dan mengamalkannya seperti hampir punahnya Elang Jawa saat ini.


* Burung ini adalah burung epidemik Jawa yang berukuran 60cm, Jambul berwarna coklat kehitaman dengan putih pada ujungnya dan biasanya bertelur sebutir tiap dua tahun sekali
** Berdasarkan keterangan Ki Suratman anak Ki Hajar Dewantara, sayembara ini dimenangkan oleh Basoeki Resobowo, seorang seniman LEKRA (sempalan PKI) yang juga murid Ki Hajar Dewantara
*** Ada kesamaan dengan lambang Negara AS berupa pita melayang yang bertuliskan ‘e pluribus unum’ yang secara makna sama dengan Bhineka Tungal Ika
Selengkapnya... »»